Tradisi Islam dalam Menyambut Kelahiran Anak

Banyak hal dipandang oleh masyarakat sebagai adat untuk menyambut kelahiran seorang bayi. Ada yang memasang lentera di kuburan ari-ari (plasenta) bayi, ada yang memasang gunting atau senjata tajam lain di dekat kepala bayi, ada yang meletakkan rangkaian bawang dan cabai merah di atas kepala bayi, ada pula yang memasang gelang dari benang untuk penangkal bala’ bagi si bayi. Bahkan sebagian orang meyakini, kalau hal itu tidak dilakukan, maka keselamatan si jabang bayi pun terancam. Kalau sudah begini, dikhawatirkan kemusyrikan akan masuk tanpa terhindarkan. Pada masa Rasul saw., cara untuk menangani beberapa tradisi kemusyrikan jahiliyah adalah dengan menggantinya dengan tradisi baru yang bercorak keislaman. Berikut penjelasan mengenai beberapa tradisi tersebut: 1. Mengumandangkan adzan pada telinga bayi yang baru lahir. Mengumandangkan azan adalah sebuah sunnah Rasulullah saw. yang dilakukan begitu anak lahir ke dunia dalam keadaan selamat. Seorang sahabat pernah berkata,”Aku pernah melihat Rasulullah saw. mengazani di telinga Hasan bin Ali ra. ketika dilahirkan oleh Fathimah ra.” Perkataan sahabat ini dipertegas oleh sabda Nabi saw.,”Siapa yang dikaruniai anak, lalu mengazaninya pada telinga kanannya dan menqamatinya pada telinga kirinya, maka ia tidak akan diganggu oleh setan.” Ibnu Qayyum dalam Tuhfatul Maudud menuliskan bahwa adzan tersebut dapat mempengaruhi perasaan si bayi meskipun ia belum dapat menyadarinya. Azan ini menjadi sejenis pelajaran bagi si bayi mengenai syiar Islam yang pertama baginya. Dan sudah sepantasnya, jika suara yang pertama mengetuk daun telinga anak yang baru lahir itu adalah kata-kata panggilan yang mengandung kebesaran Allah swt. Di samping itu, larinya syetan juga merupakan hikmah lainnya, agar anak tersebut terhindar dari gangguannya. Dan dengan seruan dalam azan tersebut, anak tersebut akan terhindar dari kecenderungan menyembah syetan dan tetap pada fitrahnya untuk menyebah-Nya. Insyaa Allah. 2. Menyembelih domba aqiqah, mencukur rambut, dan memberi nama Dalam tradisi keIslaman dijumpai adanya tradisi aqiqah. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi saw. yang diriwayatkan Imam at-Tirmizi, an-Nasai, dan ibnu Majah dari Hasan dari Samurah sebagai berikut: الغلام مرتهن بعقيقته تذبح عنه فى اليوم السابع ويحلق راءسه ويسمَ “Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya. Pada hari ketujuh ia disembelihkan aqiqah itu, rambutnya dicukur dan ia diberi nama.” Hadis di atas mengisyaratkan tiga hal yang perlu dilakukan, yaitu: menyembelih domba aqiqah, mencukur rambut, dan mcnamainya. Pertama, menyembelih domba aqiqah. Tradisi aqiqah telah dikenal oleh orang Arab sejak masa jahiliyyah. Namun tradisi tersebut bercorak kemusyrikan. Dan kemudian Rasul saw. mengubahnya menjadi sebuah tradisi yang Islami. Hal ini menegaskan, bahwa jika dalam suatu kebudayaan terdapat suatu budaya yang mengandung kemusyrikan, maka kita bisa mengganti tradisi tersebut dengan tradisi lain yang bercorak keIslaman. Mengenai nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam tradisi aqiqah ini, Abuddin Nata (2003: 116) menegaskan bahwa pesan pendidikan spiritual yang terkandung dalam aqiqah tersebut pada intinya adalah sebuah pengakuan terhadap eksistensi anak di tengah-tengah keluarga serta wujud syukur keluarga tersebut. Sedangkan menurut Ibnu Qayyim, aqiqah sama halnya dengan qurban untuk mendekatkan diri pada Allah dan bukti syukur atas nikmat. Aqiqah juga akan membebaskan bayi dari hambatan untuk dapat memberi/menerima syafaat kepada/dari kedua orang tuanya. Adapun faedah-faedah dan hikmah dari tradisi aqiqah tersebut secara khususnya di antaranya adalah sebagai berikut: aqiqah merupakan pengorbanan dari kedua orang tua anak demi mendekatkan dirinya kepada Allah swt. pada saat-saat pertama anak mereka mengenyam angin segar keduniaan; aqiqah merupakan tebusan anak baru lahir kepada Allah swt. yang kelak akan memberikan syafaat kepada kedua orang tuanya; aqiqah merupakan sarana wujud syukur orang tua terhadap kelahiran putranya dengan selamat; aqiqah dapat menjadi sarana untuk mengokohkan tali persaudaraan dan silaturrahmi di antara warga masyarakat; aqiqah juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana tanggung jawab sosial sebagai santunan terhadap kaum fakir dan miskin. Kedua, mencukur rambut. Dalam beberapa riwayat hadis, yang dimaksud dengan mencukur adalah membotaki seluruh kepala si bayi, dan kemudian menyedekahkan perak kepada fakir miskin seukuran rambutnya yang telah dipotong tersebut. Dan menjadi makruh hukumnya jika hanya mencukur sebagian rambut saja. Dengan tradisi ini, diharapkan akan dapat menjaga kesehatan bayi dan dapat menjadi sarana tanggung jawab sosial terhadap kaum fakir dan miskin. Ketiga, memberi nama. Dalam ajaran Islam, nama yang baik sangat penting. Rasul pernah bersabda, “Sesungguhnya kalian dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama-nama orang tua kalian. Maka perbaguslah nama kalian.” Dengan demikian, berilah nama yang baik pada putra-putri kita. Karena itu merupakan doa dan menggambarkan harapan kita baginya. 3. Mentahnik/menyapih, dan mendoakannya. Tahnik merupakan salah satu sunnah Rasulullah saw. dalam hal menyambut kelahiran bayi, hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis: Dari Aisyah bintu Abi Bakr Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha:“Apabila didatangkan bayi yang baru lahir ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau mendoakan barakah kepadanya dan mentahniknya.” (Shahih, HR. Imam Bukhari no. 5468 dan Imam Muslim no. 2147) Tahnik adalah mengunyah kurma sampai lumat hingga bisa ditelan, kemudian menyuapkannya ke mulut bayi. Apabila tidak didapatkan kurma, maka diganti dengan makanan manis lain yang bisa digunakan untuk mentahnik. Hal ini berfaedah untuk melatih bayi agar terbiasa dengan makanan tersebut. Para ulama bersepakat bahwa istihbab (disenangi) melakukan tahnik pada hari kelahiran anak. Demikian dijelaskan oleh Imam An Nawawi ketika menerangkan tahnik ini. Gambaran perbuatan Rasulullah saw. ini bisa kita lihat dalam hadits Anas bin Malik ra: “Aku membawa Abdullah bin Abi Thalhah al Anshari kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada hari kelahirannya, dan waktu itu beliau menggunakan mantelnya sedang mengecat untanya dengan ter. Lalu beliau bertanya: “Apakah engkau membawa kurma?” Aku menjawab: “Ya.” Kemudian kuberikan pada beliau beberapa buah kurma, lalu beliau masukkan ke mulut dan mengunyahnya. Kemudian beliau membuka mulut bayi dan meludahkan kurma itu ke mulut bayi. Mulailah bayi itu menggerak-gerakkan lidahnya untuk merasakan kurma tersebut. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kesukaan Anshar adalah kurma.” dan beliau memberinya nama Abdullah.” (Shahih, HR. Imam Bukhari no. 5470 dan Imam Muslim no. 2144) Dari hadis ini kita memetik faidah bahwa tahnik baiknya dilakukan oleh orang yang shalih, baik laki-laki ataupun perempuan (Syarh Shahih Muslim). Begitu pula bisa kita simak kisah-kisah tentang pelaksanaan tahnik yang datang dari sahabat-sahabat yang lainnya. Abu Musa Al Asy’ari ra. menceritakan: Telah lahir anak laki-lakiku, lalu aku membawanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan kurma. (Shahih, HR. Imam Bukhari no. 5467 dan Imam Muslim no. 2145) Inilah tuntunan syariat bagi setiap orang tua yang mengharap kebaikan bagi anaknya. Tak layak semua ini dilewatkan begitu saja, karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Komentar

  1. Ironclad Ironclad Ironclad Ironclad Ironclad Ironclad
    I got an idea of what Ironclad titanium damascus Ironclad Ironclad Ironclad Ironclad titanium i phone case Ironclad Ironclad Ironclad In black titanium wedding band this article, you can learn more about gold titanium Ironclad gold titanium alloy

    BalasHapus

Posting Komentar